INFEKSI
NOSOKOMIAL
A.
Pengertian
Infeksi adalah Adanya suatu
organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis
baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut di
rawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu
dirawat disebut infeksi nosokomial.
Infeksi adalah proses dimana
seseorang rentan (susceptible) terkena invasi agen patogen atau
infeksius yang tumbuh, berkembang biak dan menyebabkan sakit. Yang dimaksud
agen bisa berupa bakteri, virus, ricketsia, jamur, dan parasit. Penyakit
menular atau infeksius adalah penyakit tertentu yang dapat berpindah dari satu
orang ke orang lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Nosokomial berasal dari bahasa
Yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan komeo yang
artinya merawat. Nosokomion berarti tempat untuk merawat/rumah sakit. Jadi,
infeksi nososkomial dapat diartikan sebagai infeksi yang terjadi di rumah
sakit. Infeksi Nosokomial adalah infeksi silang yang terjadi pada perawat atau
pasien saat dilakukan perawatan di rumah sakit
Infeksi Nosokomial,berasal dari kata
yunani yang berarti”di Rumah Sakit”jadi infeksi nosokomial ialah infeksi yang
di peroleh selama dalam perawatan di rumah sakit.Infeksi nosokomial biasanya
timbul ketika,pasien di rawat 3 x 24 jam di rumah sakit dan infeksi ini sangat
sulit di atasi karna di timbulkan oleh mikroorganisme dan bakteri.
Penderita yang sedang dalam proses
asuhan perawatan di rumah sakit, baik dengan penyakit dasar tunggal maupun penderita
dengan penyakit dasar lebih dari satu, secara umum keadaan umumnya tidak/kurang
baik, sehingga daya tahan tubuh menurun. Hal ini akan mempermudah terjadinya
infeksi silang karena kuman-kuman, virus dan sebagainya akan masuk ke dalam
tubuh penderita yang sedang dalam proses asuhan keperawatan dengan mudah.
Infeksi yang terjadi pada setiap penderita yang sedang dalam proses asuhan
keperawatan ini disebut infeksi nosokomial.
B.
Epidemologi Infeksi Nosokomial
Epidemologi adalah telaah mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya dan penyebaran penyakit pada
sekelompok seseorang.infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan
kejadian terbanyak di Negara termiskin dan Negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit infeksi masih menjadi masalah utama yang masih sulit untuk di
atasi.
Suatu penelitian yang dilakukan oleh
WHO menunjukkan bahwa sekitar 8,7 % dari 55 rumah sakit dari 14 negara yang
berasal dari Eropa,Timur-Tengah,Asia Tenggara dan Pasifik masih menunjukkan
adanya infeksi nosokomial dan yang terbanyak terjadi di Asia Tenggara dengan
Prosentase 10 %. Tiga faktor yang menyebabkan terjadinya infeksi (termasuk
infeksi yang di peroleh dari Rumah Sakit yakni Infeksi Nosokomial) :
1. Sumber Mikroorganisme yang dapat menimbulkan
infeksi.
2. Rute penyebaran mikroorganisme
tersebut.
3. Inang yang rentan terhadap infeksi
oleh mikroorganisme tersebut.
Penyebab terjadinya infeksi
nosokomial adalah :
1. Suntikan yang tidak aman dan
seringkali tidak perlu.
2. Penggunaan alat medis tanpa ditunjang
pelatihan maupun dukungan laboratorium.
3. Standar dan praktek yang tidak
memadai untuk pengoperasian bank darah dan pelayanan transfusi
4. Penggunaan cairan infus yang
terkontaminasi, khususnya di rumah sakit yang membuat cairan sendiri
5. Meningkatnya resistensi terhadap
antibiotik karena penggunaan antibiotik spektrum luas yang berlebih atau salah
6. Berat penyakit yang diderita
7. penderita lain, yang juga sedang
dalam proses perawatan
8. petugas pelaksana (dokter, perawat
dan seterusnya)
9. peralatan medis yang digunakan
10. tempat (ruangan/bangsal/kamar)
dimana penderita dirawat
11. tempat/kamar dimana penderita
menjalani tindakan medis akut seperti kamar operasi dan kamar bersalin
12. makanan dan minuman yang disajikan
13. lingkungan rumah sakit secara umum
C.
Sumber infeksi Nosokomial
Sumber yang
paling vital dan sebagai penyebab utama dari infeksi nosokomial adalah
mikroorganisme.Bermacam-macam mikroorganisme yang bisa menyebabkan infeksi ini
yang biasanya terjadi di rumah sakitdan sebagian banyak terdapat dalam tubuh
inang manusia yang sehat,seperti, Escherichia Coli, Klebsiella pneumonia,
Candica albicans, Staphylococus aureus, Serratia marcescens, Proteus mirabilis,
Dan beberapa Actinomyces spp. Mikroorganisme penyebab infeksi
disebabkan oleh perubahan resistensi inang dan modifikasi mikrobiota inang,bila
ketahanan tubuh pasien rendah akibat luka berat,operasi,maka pathogen dapat
berkembang biak dan menyebabkan sakit.
D.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Infeksi Nosokomial.
Sejumlah
faktor mempermudah kemungkinan terjadinya infeksi nosokomial pada
penderita yakni bila penderita masuk rumah sakit,maka ketahanan dapat menurun
hal ini di sebabkan system imun(ketahanan tubuh) penderita/pasien sangat
mudah di masuki oleh mikroorganisme penyebab infeksi ini.Dalam proses
penyebaranya biasanya melalui alat-alat kesehatan yang dipakai pada saat
penanganan terhadap pasien seperti : pembedahan,radiasi,injeksi,dan cara
penanganan atau pengobatan yang lain.Faktor lain yang memungkinkan terjadinya
infeksi nosokomial tergantung pada :
1. Karakteristik Mikroorganisme
2. Resistensi terhadap zat-zat
antibiotika
3. Dan banyaknya infeksius
Semua
mikroorganisme termasuk bakteri,virus,jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nosokomial.Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang
didapat dari orang lain(cross infection)atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection).Kebanyakan infeksi yang terjadi di
rumah sakit ini lebih di sebabkan karena faktor external,yaitu penyakit yang
penyebaranya melalui makanan,udara,benda atau bahan yang tidak steril serta
dari kebersihan lingkungan dan sanitasinya.
E.
Cara Penularan Infeksi Nosokomial
1.
Penularan secara kontak
Penularan ini dapat terjadi secara
kontak langsung, kontak tidak langsung dan droplet. Kontak langsung terjadi
bila sumber infeksi berhubungan langsung dengan penjamu, misalnya person
to person pada penularan infeksi virus hepatitis A secara fecal
oral. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek
perantara (biasanya benda mati). Hal ini terjadi karena benda mati tersebut
telah terkontaminasi oleh infeksi, misalnya kontaminasi peralatan medis oleh
mikroorganisme.
2.
Penularan melalui Common Vehicle
Penularan ini melalui benda mati
yang telah terkontaminasi oleh kuman dan dapat menyebabkan penyakit pada lebih
dari satu penjamu. Adapun jenis-jenis common vehicle adalah
darah/produk darah, cairan intra vena, obat-obatan dan sebagainya.
3.
Penularan melalui udara dan inhalasi
Penularan ini terjadi bila mikroorganisme mempunyai ukuran yang sangat
kecil sehingga dapat mengenai penjamu dalam jarak yang cukup jauh dan melalui
saluran pernafasan. Misalnya mikroorganisme yang terdapat dalam sel-sel kulit
yang terlepas (staphylococcus) dan tuberculosis.
4.
Penularan dengan perantara vektor
Penularan ini dapat terjadi secara
eksternal maupun internal. Disebut penularan secara eksternal bila hanya
terjadi pemindahan secara mekanis dari mikroorganisme yang menempel pada tubuh
vektor, misalnya shigella dan salmonella oleh
lalat.
F.
Pencegahan
Terdapat
beberapa prosedur dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Tindakan ini
merupakan seperangkat tindakan yang didesain untuk membantu meminimalkan resiko
terpapar material infeksius seperti darah dan cairan tubuh lain dari pasien
kepada tenaga kesehatan atau sebaliknya. Menurut Zarkasih, pencegahan infeksi
didasarkan pada asumsi bahwa seluruh komponen darah dan cairan tubuh mempunyai
potensi menimbulkan infeksi baik dari pasien ke tenaga kesehatan atau
sebaliknya. Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah
mengikuti prinsip pemeliharaan hygene yang baik, kebersihan dan kesterilan
dengan lima standar penerapan yaitu:
1.
Mencuci
tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang
paling efektif untuk mencegah infeksi nosokomial, efektif mengurangi
perpindahan mikroorganisme karena bersentuhan
2.
Menggunakan
alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh
lain. Alat pelindung diri meliputi; pakaian khusus (apron), masker, sarung
tangan, topi, pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan
bertujuan untuk mencegah penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke
tenaga kesehatan atau sebaliknya, misalnya melaui sel darah, cairan tubuh,
terhirup, tertelan dan lain-lain.
3.
Manajemen
alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui benda-benda
tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terakit dengan hal ini, tempat
sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri
pada tenaga kesehatan maupun pasien.
4.
Melakukan
dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar.
Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko tranmisi infeksi
dari instrumen dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan
5.
Menjaga
sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaiman diketahui aktivitas pelayanan kesehatan
akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya, yang
memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit,
pasien, pengunjung dan masyarakat.
G. Prosedur Pelaksaan Penanggulangan
Infeksi Nosokomial
1. Cuci
Tangan
Tehnik mencuci tangan yang baik
merupakan satu-satunya cara yang paling penting untuk mengurangi penyebaran
infeksi.Dengan cara menggosok tangan dengan sabun atau deterjen dan air kuat
kuat selama 15 detik dan dibilas baik baik sebelum dan sesudah memeriksa
penderita,sudah cukup .Namun bila selama merawat penderita,tangan terkena
darah,sekresi luka,bahan bernanah,atau bahan yang lain yang di curigai maka
harus di cuci selama 2 sampai 3 menit dengan menggunakan bahan cuci
antiseptic.
2. Asepsis
Asepsis adalah penghinderaan atau
pencegahan penularan dengan cara meniadakan mikroorganisme yang secara
potensial berbahaya.Tujuan asepsis ialah mencegah atau membatasi infeksi.di
rumah sakit digunakan 2 konsep asepsis yaitu asepsis medis dan bedah.Asepsis
Medis meliputi segala praktek yang di gunakan untuk menjaga agar para petugas
medis,penderita dan lingkungan terhindar dari penyebab infeksi,seperti cuci
tangan,sanitasi dn kebersihan lingkungan rumah sakit itu hanyalah beberapa
contok asepsis medis.Asepsis Bedah meliputi cara kerja yang mencegah masuknya
mikroorganisme ke dalam luka dan jaringan penderita.Maka dari itu dalam asepsis
bedah semua alat kesehatan harus berprinsip steril,lingkungan harus
bersanitasi,dan juga flora mikroba di udara harus di saring lewat filter
berefisiensi tinggi.
3. Disinfeksi dan Sterilisasi di Rumah
Sakit
Banyak rumah sakit mempunyai pusat
penyediaan yaitu tempat kebanyakan peralatan dan suplai dibersihkan serta di
sterilkan.Hasil proses ini di monitor oleh laboratorium.mikrobiologi secara
teratur.Kecenderungan rumah sakit untuk menggunakan alat alat serta bahan yang
di jual dalam keadaan steril dan sekali pakai.karena dapat mempersingkat
waktu tanpa harus mensterilkan alat,tetapi juga dapat mengurangi pemindah
sebaran patogen melalui infeksi silang.
4. Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit
Tujuan sanitasi lingkungan adalah
membunuh atau menyingkirkan pencemaran atau mikroba dari permukaan.Untuk
mengevaluasi prosedur dan cara-cara untuk mengurangi pencemaran,dilakukan
pengambilan contoh mikroorganisme sewaktu-waktu dari permukaan lantai.
5. Pengawasan Infeksi
Ialah pengamatan dan pengawasan
serta pencatatan secara sistematik terjadinya penyakit menular,ini merupakan
dasar bagi usaha pengendalian aktif.Identisifikasi dan evaluasi masalah-masalah
infeksi nosokomial dan pengembangan serta penilaian pengendalian efektif hanya
dapat dicapai denagn adanya pengawasan teratur terhadap infeksi-infeksi semacam
itu pada penderita.
6. Pengawasan Penderita atau Pasien
Pengawasan infeksi penderita di
mulai ketika masuk rumah sakit dengan menyertakan kartu data infeksi di dalam
catatan medis penderita.Data yang di kumpulkan setiap hari mengenai biakan dari
laboratorium mikrobiologi serta dari hasil inspeksi laboratoris dan klinis di
catat pada setiap kartu data infeksi setiap penderita.
7. Pengawasan Pekerja Rumah Sakit
Pemeriksaan fisik harus merupakan
persyaratan bagi semua petugas rumah sakit,dan catatan imunisasi harus
diperiksa.Bila tidak tercatat,maka imunisasi terhadap penyakit polio,tetanus,difteri,dan
campak harus di isyaratkan.Petugas yang menunjukkan hasil positif pada uji
tuberculin harus diperiksa dengan sinar x di bagian dada untuk menentukan
kemungkinan adanya tuberculosis aktif.
8. Pengawasan Lingkungan Rumah Sakit
Bila perawat pengendalian infeksi
menemukan satu atau lebih kasus infeksi baru,maka mungkin diperlukan banyak
biakan dari penderita,petugas dan lingkungan untuk menemukan sumber patogen dan
lalu meniadakanya
Jadi Meningkatnya rasa prihatin terhadap infeksi nosokomial
dalam sepuluh tahun terakhir,yang disebabkan oleh morbiditas,mortalitas serta
sebab akibat ekonomisnya,telah mendorong rumah sakit rumah sakit untuk
melakukan kegiatan kegiatan yang di arahkan kepada pengawasan dan pengendalian
infeksi seperti itu.komponen pengendalian infeksi meliputi:
1. Panitia penngendalian fisik
2. Lab.mikrobiologi klinis
3. Pengendali infeksi
4. Perawatan penderita secara efektif
5. Kebijaksanaan-Kebijaksanaan isolasi
yang di mengerti
6. Program-program pendidikan staf
Berhasilnya program tersebut mensyaratkan bahwa semua
anggota staf mengetahui dan mempraktekkan kebijaksanaan dan prosedur yang di
anjurkan.semua orang harus bertanggung jawab di dalam melaksanakan tugasnya
masing-masing.
Kesimpulan
Infeksi nosokomial adalah infeksi yang timbul ketika
pasien di rawat di rumah sakit infeksi ini dapat menular dari satu pasien ke
pasien lainya serta petugas medis,selain itu alat kesehatan yang di gunakan
biasanya sebagai media transmisi dalam segi penularan sebab biasanya kurang sterilnya
alat kesehatan tersebut.Infeksi ini disebabkan dari mikroorganisme yang ada
dalam tubuh manusia dan juga bakteri dari lingkungan rumah sakit.oleh karna itu
dengan pencegahan dan pengendalian terhadap infeksi ini dengan berbagai cara
mulai sterilisasi alat kesehatan,pemusnahan mikroorganisme yang menjadi
penyebabnya serta sanitasi lingkungan.
- Setiap rumah sakit di Indonesia harus mempunyai tim pencegahan dan pengendalian infeksi.
- Tim pencegahan dan pengendalian infeksi harus bekerja dengan baik agar angka kasus infeksi nosokomial di Indonesia dapat menurun.
- Dengan adanya tim pencegahan dan pengendalian infeksi di setiap rumah sakit yang bekerja dengan baik, kasus infeksi nosokomial di Indonesia dapat terdata dengan tepat supaya mempermudah penanganan kasus infeksi nosokomial di rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar