Konsep
Dasar Kelainan Presentasi dan Posisi
Malposisi
merupakan posisi abnormal dari vertex kepala janin (dengan ubun-ubun kecil
sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Malpresentasi
adalah semua presentasi lain dari janin selain presentasi vertex. Janin dalam
keadaan malpresentasi dan malposisi sering menyebabkan partus lama/partus
macet.
A. Presentasi Puncak Kepala
Presentasi puncak kepala adalah dimana bagian
terbawah adalah puncak kepala, teraba UUB yang paling rendah pada pemeriksaan
dalam dan UUB sudah berputar ke depan.
Etiologi :
·
Kelainan
panggul.
·
Kepala
berbentuk bulat.
·
Anak
kecil/mati.
·
Kerusakan
dasar panggul
Diagnosis
1. Pemeriksaan abdominal
a. Sumbu panjang lain sejajar dengan sumbu panjang ibu.
b. Di atas panggul teraba kepala.
c. Punggung terdapat pada satu sisi, bagian-bagian kecil
terdapat pada sisi yang berlawanan.
d. Di fundus uteri teraba bokong.
e. Oleh karena tidak ada fleksi maupun ekstensi maka
tidak teraba dengan jelas adanya tonjolan kepala pada sisi yang satu maupun
sisi lainnya.
2. Auskultsi : Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran
bawah perut ibu, pada sisi yang sama dengan punggung janin
3. Pemeriksaan vaginal.
a. Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter
transversa panggul.
b. Kedua ubun-ubun sama-sama dengan mudah dapat diraba
dan dikenal. Keduanya sama tinggi dalam panggul.
Komplikasi
1. Ibu :
a. Robekan jalan lahir yang lebih luas
b. partus lama
2. Anak: Karena partus lama dan molase hebat sehingga
mortalitas anak agak tinggi
Tindakan Bidan
Idealnya
pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan
adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan
tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan
inform concent terlebih dahulu. Pada kasus presentasi puncak kepala bidan perlu
melakukan observasi yang lebih ketat kepada ibu, janin dan kemajuan persalinan.
Apabila dalam batas normal maka bidan bisa memberikan pertolongan pada ibu
dengan keadaan presentasi puncak kepala, tetapi keadaan panggul ibu normal,
janin tidak besar, alat resusitasi harus siap dan persiapan persalinan yang
lainnya.
Penatalaksanaan
a. Dapatditunggukelahiranspontan.
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak
lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul, maka dilakukan ekstraksi forcep.
d. Usahakanlahirpervaginamkarenakira-kira
75 % bisalahir spontan. Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya
anak yang lahir di dapati caput daerah UUB (Mochtar, 2002)
B. Presentasi
Dahi
Presentasi dahi adalah
keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal, sehingga dahi merupakan bagian yang terendah.
Etiologi
·
Panggul
sempit
·
Janin
besar
·
Multiparitas
·
Kelainan
janin (anansefalus)
·
Kematian
janin intra uterin
Diagnosis
·
Pemeriksaan
luar
·
Tonjolan
kepala sepihak dengan bagian kecil
·
DJJ
sepihak dengan bagian kecil janin
·
Pemeriksaan
dalam teraba ubun-ubun besar, dahi, mata, kadang hidung.
Komplikasi
a. Ibu : Partus lama dan lebih sulit, Terjadi robekan yang
hebat, Ruptur uteri
b. Anak : Mortalitas janin tinggi
TindakanBidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala
janin, tindakan bidan adalah merujuk. Bidan
tidak memiliki kewenangan dalam menolong persalinan dengan presentasi dahi,
Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan
yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih
dahulu.
C.
Presentasi Muka
Presentasi
muka ialah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi maksimal, sehingga oksiput
tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terendah menghadap kebawah.
Etiologi
·
Tumor
leher janin
·
Lilitan
tali pusat
·
Kesempitan
panggul dengan janin yang besar
·
Grande
multipara dengan perut gantung (pendulous abdomen)
Diagnosis
Meskipun
pemeriksaan abdomen dapat memperkirakan kemungkinan presentasi muka, diagnosa
klinisnya harus ditentukan pemeriksaan pervaginam. Melalui pemeriksaan
pervaginam, gambaran muka yang dapat dibedakan adalah mulut serta hidung,
tulang-tulang pipi dan sebagian tulang orbita.
Tindakan Bidan
Idealnya pada
setiap kelainan presentasi dan posisi dari kepala janin, tindakan bidan adalah
merujuk. Kecuali keadaan janin kecil, panggul normal, jarak rumah dan tempat
rujukan yang jauh, maka bidan dapat menolong pasien dengan melakukan inform
concent terlebih dahulu.
Penatalaksanaan
·
Bilaukuranpanggul
normal dankemajuan proses persalinanberlangsungsecara normal,
persalinanpervaginampadapresentasimukadapatberlangsungdenganwajar.
·
Observasi
Detik Jantung Janin dilakukan dengan monitor eksternal.
·
Presentasi
muka sering terjadi pada panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC
sering terpaksa harus dilakukan.
D.
Presentasi Occipito Posterior
Pada persalinan
presentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui pintu atas panggul
dengan sutura sagitalis melintang atau miring, sehingga UUK dapat berada di
kiri melintang, kiri depan, kanan depan, dan di depan. Dalam keadaan fleksi,
bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul adalah oksiput.
Etiologi :
·
Diameter
antero posterior panggul lebih panjang dari diameter transvers, Ex : panggul antiopoid
·
Segmen
depan Menyempit Ex : panggul android
·
Otot-otot
dasar panggul yang lembek pada multi para
·
Kepala
janin yang kecil dan bulat
Diagnosa
a.
Pada
pemeriksaan abdomen yaitu :
·
Bagian
bawah perut mendatar
·
Ekstremitas
janin teraba anterior
·
DJJ
terdengar di samping
b.
Pada
pemeriksaan vagina yaitu :
·
Presentasi
kepala
·
Sutura
sagitalis berada pada diameter antero posterior rongga pelvis
·
UUK
dekat sacrum
·
UUB
mudah teraba di anterior jika kepala dalam keadaan defleksi
Tindakan Bidan
Idealnya pada setiap kelainan presentasi dan posisi dari
kepala janin, tindakan bidan adalah merujuk. Kecuali keadaan janin kecil,
panggul normal, jarak rumah dan tempat rujukan yang jauh, maka bidan dapat
menolong pasien dengan melakukan inform concent terlebih dahulu. Tetapi apabila
bidan praktek mandiri, menemukan kasus ini maka tindkan bidan adalah merujuk
pasien.
Penatalaksanaan
·
Menunggu
persalinan spontan.
·
Persalinan
dengan forsep
·
Mengubah
posisi oksiput posterior ke oksiput anterior dengan menggunakan forsep dan dilahirkan
·
Dengan
manual mengubah oksiput posterior keoksiput anterior dan dilahirkan
·
Jika ada tanda-tanda persalinan macet atau ada tanda gawat janin
lakukan SC
·
Jika
ketuban utuh pecahkan ketuban
·
Jika
pembukaan serviks belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi akselerasi persalinan
dengan oksitosin.
·
Jika
pembukaan serviks lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase pengeluaran periksa kemungkinan
adanya obstruksi. Jika tidak ada obstruksi akselerasi persalinan dengan oksitosin.
·
Jika
pembukaan lengkap kepala janin teraba 3/5 atau lebih di atas simpisis lakuakan
SC
·
Jika
pembukaan lengkap kepala janin teraba 1/5 lakukan ekstraksi vakum dan forsep.
Konsep Dasar Distosia Kelainan Tenaga
Atau His
A. His Hipotonik
Kelainan dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman,
singkat dan jarang daripada biasa, keadaan ini dinamakan inersia uteri primer
atau hypotonic uterine contraction. Kalau timbul setelah berlangsungnya
his kuat untuk waktu yang lama hal ini dinamakan dengan inersia uteri sekunder.
Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam fase laten.
Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri tidak cukup untuk membuat diagnosis
bahwa persalinan sudah dimulai. Untuk sampai pada kesimpulan ini diperluakan
kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi terjadi perubahan pada servik yaitu
pendataran atau pembukaan servik.
1.
Penanganan
Setelah diagnosis inersia uteri ditetapkan, harus
diperiksa keadaan servik, presentasi serta posisii janin, turunnya kepala janin
dalam panggul dan keadaan panggul. Apabila ada disproporsi chepalopelvik yang
berarti, sebaiknya diambil keputusan untuk melakukan SC. KU pasien sementara
diperbaiki, dan kandung kencing serta rectum dikosongkan, apabila kepala atau
bokong janin sudah masuk ke dalam panggul, penderita di sarankan untuk
berjalan-jalan terlebih dahulu. Untuk merangsang his selain dengan pemecahan
ketuban bisa diberikan oksitosin, 5 satuan oksitosin dimasukan ke dalam larutan
glukosa 5% dan diberikan secara infus IV (dengan kecepatan kira-kira 12 tetes
permenit yang perlahan dapat dinaikan sampai kira-kira 50 tetes. Kalau 50 tetes
tidak dapat berhasil bisa dengan memeberikan dosis lebih tinggi dengan cara
pasien harus di awasi dengan ketat dan tidak boleh ditinggalkan. Oksitosin yang
diberikan dengan suntikan IM akan dapat menimbulkan incoordinate uterin action.
B. His Hipertonik
(his terlampau kuat)
Walaupun pada golongan koordinate hipertonik uterin
contraction bukan merupakan penyebab distosia namun bisa juga merupakan
kelaianan his. His ng terlalu kuat atau terlalu efisien menyebabkan persalinan
selessai dalam waktu yang sangat singkat (partus presipitatus): sifat his
normal, tonus otot di luar his juga biasa, kelainannya terletak pada kekuatan
his. Bahaya partus presipitatus bagi ibu ialah terjadinya perlukaan luas pada
jalan lahir, khususnya servik uteri, vagina dan perineum. Sedangkan pada bayi
dapat mengalami perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami
tekanan kuat dalam waktu sangat singkat.
Batas antara bagian atas dan segmen bagian bawah atau
lingkaran retraksi menjadi sangat jelas dan meninggi. Lingkaran tersebut
dinamakan dengan lingkaran retraksi patologis (lingkaran bandl).
1.
Penanganan
Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat
diilakukan karena biasanya bayi sudah lahir tanpa ada seseorang yang menolong.
Kalau seorang wanita pernah emengalami partus presipitatus kemungkinan besar
kejadian ini akan berulang pada persaliann selanjutnya. Oleh karena itu
sebaiknya wanita di rawat sebelum persalinan, sehingga pengawasan dapat
dilakukan dengan baik, danepisiotomi dilakukan pada waktu yang tepat untuk
menghindari ruptur perineum tingkat III.
C. His yang tidak
terkoordinasi
His disini sifatnya berubah-ubah tonus otot uterus
meningkat juga di luar his, dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa
karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi bagian-bagiannya. Tidak adanya
koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak
efisien dan mengadakan pembukaan. Disamping itu tonus otot uterus yang menaik
menyebabkan rasa nyeri yang lebih keras dan lama bagi ibu dan dapat pula
menyebabkan hipoksia pada janin. His ini disebut sebagai incoordinate
hipertonik uterin contraction.
1.
Penanganan
Kelainan ini hanya dapat diobati secara simtomatis karena
belum ada obat yang dapat memperbaiki koordinasi fungsional antara
bagian-bagian uterus. Usaha yang dapat dilakukan ialah mengurangi tonus otot
dan mengurangi ketakutan penderita. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian
analgetika, seperti morphin, pethidin. Akan tetapi persalinan tidak boleh
berlangsung berlarut-larut apalagi kalau ketuban sudah pecah. Dan kalau
pembukaan belum lengkap, perlu dipertimbangkan SC.
D. Etiologi dari kelainan tenaga atau His
Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida
khususnya primigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan yang bersifat
inersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang peranan yang sangat penting
dalam kelainan his. Satu sebab yang penting dalam kelalinan his, khususnya
inersia uteri adalah bagian bawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen
bawah uterus seperti misalnya pada kelainan letak janin atau pada kelainan CPD.
Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion juga
dapat merupakan penyebab inersia uteri. Gangguan dalam pembentukan uterus pada
masa embrional misalnya; uterus bikornis unikolis, dapat pula mengakibatkan
kelainan his. Tetapi pada sebagian kasus penyebab kelainan inersia uterus tidak
diketahui.